Laman

Jumat, 20 Februari 2015

Bertandang ke Negeri Jiran: Kuala Lumpur, Singapura (4)

KL, The Last Day: Lake Garden
Hari ini kami harus meninggalkan Kuala Lumpur. Ada beberapa tempat sebenarnya yang belum kami kunjungi: Menara KL, Masjid Jamek, dan Lake Garden. Penerbangan kami ke Singapura pukul 14.50. Saya memperkirakan, paling tidak sekitar pukul 11 sudah harus berangkat ke LCCT. Jadi kami masih punya beberapa jam pagi ini. Akhirnya pilihan jatuh ke Lake Garden. Kami tak punya informasi mengenai angkutan umum yang kesana, jadi pilihannya kemudian adalah taksi.

Karena tak ingin bolak-balik, kami sekalian check-out. Kali ini resepsionisnya, lelaki tua yang berbeda lagi!  Keluar dari Jalan Petaling, kami  menghampiri taksi yang kebetulan banyak parkir di pinggir jalan. Pertama dia menawarkan harga RM 15. Tapi akhirnyabisa ditawar hanya RM 7 saja.

Lake Garden memang tak terlalu jauh, tapi terkesan agak di pinggiran.
    "Mau turun dimana?" tanya si Bapak Sopir yang orang Melayu. Saya bilang di lake-nya.
    "Iya dimananya? Bird park-kah?" tanyanya lagi. Saya agak bingung dan akhirnya mengiyakan saja. Meski ada peta, tapi saya masih belum punya gambaran tempat ini. Dan kami pun dibawa masuk ke bird park. Ternyata bird park ini letaknya di ujung taman, sehingga kami harus berjalan keluar. Tapi tak buruk juga karena kami jadi punya kesempatan mampir ke beberapa wahana.

Bird park masih tutup. Saya sendiri tak tertarik untuk kesana karena masuknya harus bayar cukup mahal. Jadi kami jalan saja. Tujuan kami: ingin lihat danaunya. Meski katanya Cuma danau buatan, tapi menurut informasi ada wahana airnya. Sambil jalan, terlewat Taman Anggrek dan kami mampir karena masuknya gratis.
Singgah di Taman Anggrek

Tamannya tak terlalu luas dan jenis anggreknya juga sedikit, tapi terlihat terawat dengan baik. Kami foto-foto sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari danaunya. Dan tebak dimana jalan masuk ke arah danaunya? Di dekat pintu masuk! Lagi-lagi kaki kami dibuat gempor karena harus jalan dan jalan lagi. Apalagi dengan beban di punggung yang walaupun tak seberapa tapi cukup berat.

Setelah masuk sekitar 500 m, menelusuri jalan agak menurun, sampailah kami di sebuah bangunan dengan hamparan air kehijauan lengkap dengan perahu dayung yang tertambat. Itulah danau Lake Garden yang kami cari-cari. Tidak terlalu luas tapi cukup bersih. Tadinya saya membayangkan kalau danaunya ini akan mirip waduk-waduk di Jawa dengan debit air yang mirip danau beneran, ternyata cuma seperti kolam ikan saja. Tapi ya itu tadi, meski cuma seperti kolam ikan, tapi terlihat sekali benar-benar dirawat sehingga terlihat bersih dan asri.
Danau (atau kolam??) Lake Garden

Kami foto-foto sebentar dan karena hari sudah beranjak siang, kami memutuskan untuk segera pergi ke KL Sentral, takut terlambat ke LCCT.

Untunglah, waktu kami jalan keluar, ada taksi lewat  yang agaknya baru mengantar penumpang masuk. Kali ini taksinya bermeter. Sopirnya seorang bapak-bapak  Melayu yang cukup ramah. Sepanjang jalan dia terus mengajak ngobrol. Waktu saya bilang kalau setelah ini mau ke Singapura, dia tampak kagum. ‘Disana mahal,’ kata dia. ‘Kalian Cuma berdua, apa tidak takut dirampok orang?’ saya tertawa saja.
Waktu sampai di KL Sentral, argo taksi menunjuk angka RM 5. ‘Hati-hati ya,’ ujar si Bapak ramah.

Insiden Salah Kode Booking
Kami ke LCCT dengan naik bus. Awalnya kepikiran naik monorail saja, tapi tiketnya lebih mahal sementara ringgit kami tinggal sedikit. Karena capek, saya memutuskan tidur sepanjang perjalanan.

Kami sampai di LCCT sekitar pukul 12. Karena masih punya banyak waktu, kami memutuskan untuk mencari makan dulu. Agak sulit mencari makan yang ‘mengenyangkan’. Kebanyakan restoran cepat saji, tapi mereka tak menjual nasi. Satu-satunya yang menyediakan nasi adalah restoran Taste of Asia, tapi ketika saya mau antri saya baca daftar harganya, menu yang paling murah adalah nasi lemak yang dihargai RM 9. Tak mahal-mahal amat sebenarnya, tapi persediaan ringgit kami terbatas. Jadilah kami memutuskan untuk membeli seporsi untuk berdua. Menunya terdiri dari nasi uduk, sepotong ayam goreng dan gorengan teri kacang plus sambal, ditambah pajak jadi RM 10. Rasa nasi uduknya lumayan, tapi porsinya ternyata tidak cukup mengenyangkan untuk berdua.

Usai makan kami masuk ke kounter check-in. Teman saya ingin print tiketnya dulu. Tapi sesuatu yang mengerikan terjadi. Ketika dicek kode bookingnya, ternyata penerbangan teman saya adalah pukul 12.50 bukannya 14.50! Dan waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 13.00. Sebenarnya jika kami lebih teliti, keganjilan itu sudah muncul sejak kami di hotel. Teman saya cuma dikasih catatan kecil berisi jam penerbangan, kode booking dan no penerbangan oleh petugas di bandara. Dia merasa heran ketika dilihat no penerbangannya berbeda dengan no penerbangan saya. Saya pikir mungkin itu hanya salah tulis atau apa dan teman saya juga tak berinisiatif check di emailnya.

Menurut petugas, tiket itu hangus dan teman saya harus membeli tiket baru untuk penerbangan selanjutnya. Kami mulai panik. Tentu saja ini bikin emosi, karena yang bikin masalah adalah petugas yang kasih kode booking ke teman saya. Petugas kounter menyarankan teman saya telepon ke Medan, tempat dia booking. Tapi berulangkali coba dihubungi, tak ada yang angkat. Saya pun bingung dan merasa bersalah. Sebelum makan tadi sebenarnya teman saya mau print tiket duluan, tapi saya bilang nanti saja karena masih antri. Padahal kalau dia print waktu itu, pesawatnya masih belum berangkat. Ah, seharusnya kami cek jadwal di email dulu...seharusnya saya lebih cermat soal perbedaan kode penerbangan... yah, sebuah pelajaran memang seringkali mahal harganya :(

Akhirnya setelah mempertimbangkan ini itu, teman saya membeli tiket baru, KUL-SIN sebesar RM 100. Karena penerbangan yang sama dengan saya sudah penuh, dia ambil penerbangan pukul 15. 30. Saya pun terbang terlebih dulu ke Singapura dan kami janjian ketemu di bandara.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar