Laman

Minggu, 25 Januari 2015

Jalan-Jalan Kemana Kalau ke Kota Medan?


Meski saya tak suka tata kota Medan yang seakan demikian semrawut, tapi saya senang dengan pluralisme yang hidup subur di kota ini. Berbagai agama dan suku hidup rukun di kota ini. Hal ini tercermin dari tempat-tempat ibadah yang didirikan di berbagai sudut kota. Yang memberi warna lain selain gedung-gedung modern yang akhir-akhir ini terus bertambah.

Medan bukan kota wisata, tapi lebih sebagai persinggahan ke destinasi wisata Danau Toba atau Berastagi. Meski begitu, tetap ada tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di Kota Medan. Yah, jika yang suka shopping sih mall bejibun, tapi dimana-mana, mall ya begitu-begitu saja kan? Nah, berikut beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi di Kota Medan:

* Istana Maimun & Mesjid Raya Medan.
Mesjid Raya Al Mashun yang megah

Kedua bangunan ini terletak dalam satu kompleks. Merupakan bangunan yang menyisakan kejayaan masalalu Kerajaan Melayu Deli, dengan arsitektur khas Melayu tentunya. Mesjidnya, yang dibangun tahun 1906, masih terawat dengan baik karena memang masih aktif digunakan untuk bersembahyang, tapi tidak demikian dengan istananya. Meski cukup asri dan megah, tapi ada kesan kalau bangunan ini tak dirawat dengan baik. Selain itu, juga tak ada atraksi yang disajikan sehingga terasa kurang menarik. Sayang memang :(

Istana Maimun

Transportasi:

Untuk mencapai tempat ini juga sangat mudah karena dilintasi banyak angkot. Bisa turun di Jl. Sisingamangaraja (dekat Yuki Simpang Raya) atau Jl. Brigjend Katamso

* Kuil Sri Mariamman (Shri Mariamman Hindu Temple)

Merupakan kuil tua yang dibangun tahun 1881, merupakan tempat ibadat umat Hindu keturunan India di Medan. Berlokasi di Kampung Madras (dulu dikenal sebagai Kampung Keling). Sebagai kebanyakan bangunan tua, kesan antik dan arsitekturnya yang artistik (bergaya India) membuat bangunan ini terlihat menarik. Terakhir saya berkunjung, saya merasa agak sedih melihat bangunan ini menjadi begitu kontras dan serasa "terabaikan" dikepung bangunan-bangunan baru dan bahkan disandingkan dengan mall dan apartemen yang megah menjulang.

Tranportasi:
Karena lokasinya yang berada di tengah-tengah kota, cukup mudah untuk mencapai tempat ini karena dilintasi banyak angkot.

* Vihara Gunung Timur
Bangunan ini juga sudah cukup tua, konon dibangun tahun 1962.. Dan ketika masuk ke dalamnya, kesan tua memang sangat terasa. Berada di dalamnya, saya merasakan suasana yang khidmat di antara kepul asap dupa, ornamen serba merah dan antik. Bangunan ini cukup terlindung, berada di pinggiran Sungai Babura dengan suasananya yang tenang dan rindang. Tapi kontras yang lain, hanya berjarak beberapa meter dari vihara, adalah taman kota tempat banyak anak muda yang dengan bebas memadu kasih.

Saya punya kisah yang agak lucu ketika mengunjungi tempat ini. Dulu, pertamakali berkunjung kesana, dalam rangka study tur sekolah dan belum jamannya kamera digital alias kamera yang masih menggunakan klise. Guru saya mengatakan untuk tidak mengambil foto di sana karena ada kepercayaan yang berkesan mistis dan membuat foto pasti akan terbakar, jadi kami pun tak ada yang berani mengambil foto. Terakhir, saya berkunjung lagi sambil membawa kamera digital dan memfotonya, penasaran ingin membuktikan omongan guru saya tersebut dan tentu saja, tak ada masalah. Saya pun berpikir, mungkin mitos itu dibuat agar pengunjung jangan sampai menggangu oran-orang yang sedang menjalankan sembahyang dengan foto-foto. Yah, sejauh tidak sampai menganggu sih menurut saya tak masalah ya?

Berlokasi di Jl. Hang Tuang, bangunan ini hanya berjarak sekitar 500 meter dari Kuil Shri Mariamman.

* Rumah Tjong A Fie (Tjong A Fie Mansion)

Merupakan rumah mewah milik pengusaha kaya raya keturunan Tionghoa, Tjong A Fie (1860-1921) yang didirikan tahun 1900. Rumah ini memadukan gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco.

Terletak di Jalan Kesawan (beberapa meter dari Lapangan Merdeka), sangat mudah mencapai tempat ini.

* Bangunan Tua
Masih di Jalan Kesawan, terdapat jejeran bangunan tua yang  juga menarik untuk dikunjungi. Selain rumah Tjong A Fie, berhadapan dengannya adalah kafe TipTop yang konon sudah ada sejak jaman Belanda. Dulu sewaktu jaman sekolahan, saya merasa segan ke kafe ini karena berpikir bahwa harganya tak terjangkau dan yang biasa nongkrong di sana adalah bule-bule, ternyata harganya cukup terjangkau. Tapi selain karena bersejarah, saya sendiri kurang bisa merasakan keistimewaan kafe ini. Es krimnya enak, tapi tak bisa sampai disebut luar biasa. Dan yang menyebalkan bagi saya adalah pelayananya yang kurang ramah (sebenarnya banyak tempat umum di Medan seperti itu).
Bangunan tua di Jl Kesawan

Menelusuri Kesawan cukup menyenangkan. Apalagi kalau jalanan sedang tak terlalu ramai. Melihat sudut-sudut dengan banyak bangunan tua meninggalkan kesan yang menyenangkan. Sayang, banyak bangunan tua sudah dipugar dan diganti dengan bangunan yang lebih modern.

Bangunan tua lain berlokasi di dekat Lapangan Merdeka yang merupakan kompleks pemerintahan yang merupakan tata kota khas Belanda. Ada Kantor Pos Besar, Balai Kota, Bank Indonesia Hotel Deli dan Stasiun Kereta Api.

* Merdeka Walk.

Tak jauh dari kawasan Kesawan adalah Merdeka Walk di sepanjang pinggiran Lapangan Merdeka. Suasananya sangat semarak di sore hari. Meski kafe-kafe yang ada kebanyakan adalah kafe cepat saji seperti yang banyak di temui di mall-mall. Menurut saya, akan lebih menarik kalau lebih banyak yang menyajikan makanan tradisional. Tapi untuk menikmati suasana, cukup lah. Apalagi kadang ada live music-nya.

* Vihara Meitreya.
Sebenarnya ini bangunan baru yang dibanguan sekitar tahun 2000-an. Konon ini adalah vihara terbesar di Asia Tenggara. Saya tak tahu apa memang benar demikian. Berada di tengah perumahan yang kebanyakan penghuninya adalah etnis Tionghoa. Dari luar, ornamen-ornamen vihara terlihat jelas tapi begitu masuk, saya tidak terlalu merasakan aura religius karena sebagian bangunan adalah restoran.
Vihara Meitreya yang megah

Tapi menghabiskan sore-sore di sekitar vihara cukup menyenangkan. Suasananya tenang, dan bisa melihat gerombolan burung-burung putih yang kembali ke sarang. Warga sekitar berkumpul untuk menikmati beberapa penganan yang dijual pedagang asongan, mulai dari rujak sampai pecel. Jika mau yang lebih berkelas, ada kafe-kafe bermacam seafood dan chinesefood yang buka di sepanjang jalan masuk.

Lokasi:
Jl Cemara Boulevard, Komplek Perumahan Cemara Asri
Seingat saya, tak ada angkot yang melintasi tempat ini sehingga harus naik becak motor dari jalan utama.

* Gereja Grha Maria Annai Velangkanni
Gereja yang selesai dibangun pada tahun 2005 ini unik karena ornamennya bernuansa India dengan patung-patung bercorak India pula. Penuh warna yang semarak. Gereja ini terbuka untuk umum, tapi berfoto-foto hanya diperbolehkan di depan gereja, tapi tidak di dalam. Dan jangan coba-coba nekad ya karena akan langsung kena tegur para suster yang sepertinya selalu mengawasi gerak-gerik kita.

Lokasi:
Taman Sakura Indah, Jl. Sakura III No. 10, Tanjung Selamat – Medan (tak terlalu jauh dari Pajak Melati). Meski agak di daerah pinggiran, tempat ini bisa dijangkau dengan angkot. Tapi saya sendiri lupa angkot nomor berapa :(

* Crocodile Farm/Peternakan Buaya Asam Kumbang
Obyek ini berada di daerah Sunggal, sekitar 10 km ke pinggiran Kota Medan. Konon, ini merupakan penangkaran buaya terbesar di Asia. Di tempat ini, bisa melihat bagaimana buaya diternakkan dan ganasnya mereka ketika dikasih makan. Atraksi lain yang bisa dinikmati adalah berfoto bersama buaya. Tentu saja buayanya akan dijinakkan terlebih dahulu oleh sang pawang, sehingga tak perlu takut digigit atau diserang. Selain itu, pengunjung juga diperkenankan memberi makan buaya dengan membeli ayam atau bebek yang dijual oleh pengelola. Jujur, saya tidak suka buaya sehingga kurang menyukai tempat ini :D

Transportasi:
Jika menggunakan kendaraan umum, bisa naik angkot no 64 dan turun di Kampung Lalang. Kemudian bisa mencari angkot arah Sunggal di sekitar Terminal Pinang Baris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar