Laman

Rabu, 28 Januari 2015

Pulau Berhala, Surga Kecil Yang Menenangkan (3-Habis)

Cuaca Buruk dan Insiden Terdampar di "Pulau Lumpur"
Kami bangun pagi-pagi. Mendapati langit yang mulai terang. Tapi angin masih menderu. dan ini agak mengkhawatirkan. Tentu bukan ide yang baik mengarungi lautan dengan angin sekencang itu. Datuk mengatakan bahwa kami harus menunggu laut tenang untuk pulang. Kami pun menunggu dengan agak gelisah. Bagaimana kalau cuaca semakin buruk dan kami terjebak tak bisa pulang? Meski kalau dipikir-pikir, tak terlalu buruk juga karena tokh kami berdekatan dengan pemukiman penduduk.

Masih menunggu air tenang, kami jalan-jalan ke bukit di belakang Pendopo. Di situ ada makamnya Datuk Berhala, orang yang namanya melegenda sebagai nenek moyangnya raja-raja Jambi. Tadinya kami tak terlalu berminat untuk menziarahinya, karena kuburan kan begitu-begitu saja, ya?

Menaiki beberapa puluh anak tangga, kami sampai di makam. Bangunan kecil dilapis keramik yang retak-retak dan dikelilingi semak-semak. Di atas makam, tertulis kalau Datuk Berhala ini umurnya ratusan tahun. Benarkah? Entahlah. Banyak orang yang membangun mitos untuk menunjukkan powernya bukan?


Sekitar pukul 10 air mulai surut. Angin masih riuh, tapi sudah mulai tenang. Air laut juga masih bergolak, tapi matahari terik bersinar. Kami mulai mengarungi lautan biru. Kali ini, saya tak mulai merasa tenang dan sedikit tertawa ketika speed terlonjak-lonjak. Hingga di tengah lautan, tiba-tiba si Datuk terlihat panik. Ternyata dia salah arah!

Kami mulai ketar-ketir. Waduh, bukannya dia sudah berpengalaman? Tapi, yah manusia bisa saja membuat kesalahan. Boat melaju, menghantam gulungan ombak. Saya menggumam doa. Daratan belum juga tampak, padahal 1 jam sudah lewat. Apakah kami akan terdampar? Apalagi menoleh kiri kanan, tak ada kapal yang melintas.
Terdampar di "Pulau Lumpur" :D

Hingga beberapa waktu kemudian, akhirnya dataran mulai terlihat, saya benar-benar merasa lega. Apalagi ketika kami mulai menyusuri air yang tenang. Eits, tunggu dulu, karena ternyata ini adalah awal yang benar-benar buruk: boat kami kandas di genangan air berlumpur dan tak bisa dinyalakan. Entah bagaimana, si Datuk enggan berputar balik untuk cari jalan lain, malah menyuruh kami turun dan mendorongnya. Awalnya terasa amazing dalam kondisi seperti itu tapi ketika setengah jam berlalu dan kami terus mendorong sementara yang terlihat di depan mata hanya hamparan air, kami pun mulai kelelahan. Akan sampai dimana harus mendorong?

Tiba-tiba langit mendung, dan tanpa bisa dicegah byuuur....hujan turun. Kami masih terdampar di tengah genangan air dan lumpur. Lapar melanda. Tak ada bekal makanan yang memadai. Hanya tersisa popmie. Karena saking laparnya, teman saya nekad merendamnya dengan air dingin. Hahaha.

Nipah Panjang, Dua Jam Kemudian...
Dua jam kemudian, setelah basah kuyup bermandikan lumpur dan air hujan, akhirnya kami sampai di air agak dalam dan boat pun mulai bisa berjalan. Sampai di Nipah Panjang disambut hujan deras sederas-derasnya. Sempat ngeri membayangkan perjalanan sungai yang masih harus kami tempuh. Tapi setelah melewati lautan yang keras, rasanya perjalanan sungai bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Seperti perjalanan ketika berangkat, kami naik boat sampai di Suak Kandis, kemudian disambung dengan mobil sampai Jambi. Menjelang petang kami sampai di Jambi. Karena kelaparan, kami tempat pertama yang kami cari adalah tempat makan. Akhirnya kami memutuskan makan di warung penyetan. Meski rasanya biasa saja, kami makan dengan rakus. Sepanjang sisa perjalanan, kami tak henti tertawa mengenangkan kejadian yang telah kami lewati. Terdampar di lautan lumpur, mendorong kapal, didera hujan benar-benar terasa konyol tapi juga mengesankan. Hmmm, liburan yang menyenangkan! :D ***

Catatan:


* Pada tahun 2011 Pulau Berhala yang dalam status quo. Selama menunggu kepastian, dilarang dilakukan pembangunan di pulau ini oleh kedua belah pemprov. Namun konon Kepri terus melakukan pembangunan dan menurut saya masuk akallah karena memang disana ada penduduk yang bermukim. Keputusan Mendagri nomor 44 tahun 2011, menyebutkan Pulau Berhala masuk wilayah Jambi (Pemerintah Kabupaten Tanjungjabung Timur), namun hal ini kemudian digugat oleh pemerintah Kepulauan Riau dan dimenangkan di MK. Yah, apapun, tokh masih dalam wilayah satu negara. Di bawah provinsi manapun, semoga selalu dilakukan yang terbaik untuk masyarakat di sana.


Rute Jalan dari Jambi-ke Pulau Berhala:

1. naik angkot ke suak kandis (di depan Ramayana): Rp.25.000 (sekitar dua jam)
suak kandis-nipah panjang: naik boat sekitar dua jam (25.000)
nipah panjang-berhala : sewa boat: 1,5-2 juta pp.

2. naik boat dari ancol (belakang ramayana) - nipah panjang: 50-60 ribu sekali jalan.
nipah panjang-berhala: sewa boat: 1,5-2 juta pp.

- Berangkat pagi dari jambi kalau nggak mau nginap di nipah panjang. Untuk penyewaan boat, bisa cari-cari info di belakang WTC. Yang jelas, semakin banyak orang semakin murah.
- Bisa juga naik mobil dari Jambi ke Muara Sabak (ibukota kab. Tanjung Jabung Timur), perjalanan sekitar 2 jam, terus dari Muara Sabak baru nyeberang. Berapa lama dan berapa biaya, saya kurang paham karena belum nyoba dan rute ini juga nggak terlalu populer

*Perjalanan ini dilakukan pada pertengahan tahun 2011. Sekitar dua tahun saya mendengar tentang rencana penyediaan transportasi untuk wisata ke Pulau Berhala oleh Pemkab Tanjabtim, tapi dengan berubahnya keputusan bahwa Pulau Berhala kemudian masuk Kepri, saya nggak tahu apa rencana ini jadi terealisasi atau tidak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar