Laman

Sabtu, 19 Desember 2015

Persinggahan Sejenak di Lubuk Linggau

Lubuk Linggau. Ini bukan pertamakalinya saya menjejakkan kaki di kota kecil ini. Sekitar dua tahun lalu, saya sudah pernah menginjakkan kaki di sini. Waktu itu, hanya sekilas saja dan kesan pertama saya, Lubuk Linggau adalah kota kecil yang menyenangkan. Berada pada perlintasan jalan lintas Sumatra, sekaligus menjadi kota yang berada  di ujung Provinsi Sumatera Selatan dan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Bengkulu, Lubuk Linggau memang kota yang strategis. Pada kunjungan saya yang pertama, saya tak sempat mengunjungi banyak tempat. Dan kali ini, saya cukup takjub menyadari betapa ramai dan cukup besarnya kota ini.
Mesjid Agung Lubuk Linggau yang megah

Lubuk Linggau sendiri sudah menjadi kotamadya sekaligus ibu kota kabupaten Musi Rawas. Selain pusat-pusat perbelanjaan, mulai dari pasar tradisional (yang ternyata cukup besar untuk ukuran kotamadya/kabupaten) hingga pusat perbelanjaan modern seperti mall (JM Linggau) dan beberapa swalayan lokal hingga waralaba seperti Indomaret dan Alfamart. Selain itu pusat hiburan seperti karaoke juga ada. Hotel-hotel dengan standar biasa hingga menengah juga banyak tersebar di seluruh penjuru kota. Untuk urusan makan, juga tak sulit. Dari sekelas warung pinggir jalan hingga kafe-kafe yang menjayikan aneka makanan yang menggugah selera. Seperti kota-kota di Sumatera Selatan lainnya, mpek mpek merupakan makanan khas daerah ini. Selain itu, ada juga aneka olahan ikan seperti pindang ikan patin atau pindang tulang dan juga aneka kuliner mi-mian seperti mi celor, mi pangsit atau bakso. dan tersebar di sepanjang jalan utama yang sekaligus menjadi pusat keramaian.
Pindang Patin Meranjat, salah satu kuliner khas Sumatera Selatan

Untuk transportasi dalam kota, ada angkot atau ojek yang lalu lalang setiap waktu dari pagi hingga malam. Selain itu, karena lingkup kota yang relatif kecil, jalan kaki juga tidak terlalu melelahkan. Sementara untuk transportasi antar kota, Lubuk Linggau juga sangat mudah dijangkau. Karena letaknya yang berada di jalan perlintasan Sumatera. Dari Palembang, Lubuk Linggau bisa dijangkau dengan bus atau travel dengan waktu tempuh sekitar 7-8 jam. Jika bosan dengan bus atau travel, kereta api juga bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Jika ingin menghemat waktu, sejak beberapa tahun terakhir, sudah dibangun bandara Lubuk Linggau yang diterbangi maskapai Nam Air secara reguler setiap hari, dengan rute Lubuk Linggau-Jakarta/Lubuk Linggau -Palembang.

Menikmati pemandangan malam kota Lubuk Linggau dari Bukit Sulap

Lubuk Linggau bukanlah kota wisata. Meskipun begitu, tetap ada beberapa obyek wisata yang bisa dijadikan tempat untuk dikunjungi ketik ke Lubuk Linggau. Berjarak sekitar 3 km dari pusat kota adalah Bukit Sulap. Seperti namanya, tempat ini merupakan hutan perbukitan yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Dinamakan "Sulap" karena konon bukit ini kadang-kadang tidak kelihatan (mungkin tertutup kabut?). Bukit ini sudah dikelola sebagai tempat wisata, sehingga bisanya pengunjung yang datang dengan sepeda motor akan dikenakan biaya parkir. Di kaki bukit, dibangun undak-undakan dan taman kecil. Bukit ini ramai dikunjungi pada malam hari di akhir pekan. Dari bukit ini bisa melihat lanskap kota Lubuk Linggau. Selan itu juga dibuat jalan melingkari bukit yang nyaman untuk jongging atau bersepeda. Rimbunnya pepohonan membuat suasana terasa nyaman. Meski begitu, disarankan untuk tidak memasuki tempat yang sepi sendirian karena konon, daerah ini cukup rawan begal.
Air Terjun Temam

Tempat wisata lain adalah Air Terjun Temam, yang terletak  di Kelurahan Rahmah, sekitar 10 km dari kota Lubuk Linggau. Perjalanan ke air terjun ini adalah melintasi jalanan beraspal mulus, dengan pemukiman masyarakat dan deretan kebun karet di kanan kiri jalan. Air terjun sendiri berada di sekitar pemukiman masyarkat dan terawat dengan baik. Tiket masuk adalah Rp 2000 per orang, ditambah parkir kendaraan (sepeda motor) Rp. 3000 per motor.  Sayangnya, kami datang di musim kemarau sehingga debit air kecil ditambah lagi, karena air terjun ini bukan berada dihulu, agaknya banyak dikotori masyarakat sehingga airnya tidak bisa dibilang bersih.  Meski begitu, saya yakin ketika musim hujan, pemandangan air terjun ini cukup indah karena persebaran airnya terlihat sedemikian rupa.
Danau Aur Duri

Selain itu, hanya sekitar 1 km dari pusat kota, ada juga Watervang, yang merupakan bendungan tua yang konon dibangun sejak jaman sebelum Indonesia merdeka. Tidak banyak yang disajikan di tempat ini selain menikmati pemandanang air bendungan sembari duduk di warung kaki lima.

Agak jauh, yakni berjarak sekitar 30 km-an, adalah Danau Aur Duri. Sebenarnya, Aur Duri adalah danau buatan, tapi pemandangannya cukup bagus. Sejak beberapa tahun terakhir, danau ini dikelola sebagai area wisata keluarga. Di sekeiling danau dibangun warung-warung dan juga ada rumah makan terapung yang bisa disewa untuk mengeliling danau yang cukup luas. Lumayanlah untuk refreshing.

Prasangka
Seperti saya tulis di atas, Lubuk Linggau adalah kota kecil yang terasa menyenangkan. Meski begitu, setelah beberapa waktu tinggal di sana, ada hal-hal yang membuat saya merasa kurang nyaman: isu ketidakamanan. Bagi yang sudah akrab dengan daerah Sumatera Selatan, mungkin isu semacam ini bukan hal yang baru lagi. Saya tidak tahu kenapa, tapi ada semacam kesan kalau beberapa daerah di Sumatera Selatan itu kurang aman. Saya sama sekali tak ingin berprasangka, tapi orang-orang lokal lah yang selalu memperingatkan saya ketika bepergian.: hati-hati pergi ke sini atau pergi ke sana. hati-hati meletakkan sepeda motor, jangan pergi malam-malam, jangan lewat tempat-tempat sepi sendirian... parkir kendaraan harus selalu dikunci ganda...Lalu orang-orang akan mulai menceritakan kisah-kisah kriminalitas yang pernah terjadi di sekitar mereka. Kemarin orang pergi ke situ, motornya di begal orang. .. kemarin ada tetangga yang minjam motor tetangganya ternyata dibawa lari... wah-wah... siapa yang tidak was-was coba?Seorang teman bahkan bercerita, bahwa ada sebuah desa yang isinya adalah para buron dan hampir tak ada orang yang berani melewati tempat itu. Ditambah lagi cerita-cerita tentang adanya ilmu hitam seperti hati-hati kalau makan atau minum di sana, nanti diracun orang. Saya sendiri tak tahu apa itu adalah fakta atau sekadar prasangka.

Bagi saya pribadi, meski cukup membuat kurang nyaman, tapi berusaha mengambil positifnya saja. Berusaha untuk tidak terlalu paranoid tapi tetap waspada. Jangan sampai berperilaku mencolok seperti membawa barang-barang berharga secara terbuka. Selain itu, yah, selalu memohon perlindungan dari Yang Di Atas, tentunya. Selama sekitar dua bulan di kota ini dan kesana kemari, Alhamdulillah, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kok.

(Saya tinggal di Lubuk Linggau pada bulan September - Oktober 2015)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar